Halo kawan! Jumpa lagi bersama saya, kali ini
bakalan ngelanjutin pembahasan tentang zaman batu, yakni Megalitikum. Enjoy
reading!
Zaman Megalitikum (mega berarti besar dan lithikum
atau lithos berarti batu) disebut juga zaman batu besar. Dari namanya saja kita
udah bisa nebak dong, pasti hasil kebudayaannya berupa bangunan-bangunan besar.
Benar! Bangunan-bangunan ini pada masanya berfungsi sebagai sarana pemujaan
kepada roh nenek moyang. Kebudayaan ini berlangsung hingga zaman logam, bahkan
sampai saat ini kita masih dapat menjumpai di berbagai daerah di indonesia
sebagai sisa-sisa tradisi budaya Megalitikum. Ada apa aja sih haisl kebudayaan
Megalitikum itu? Let’s cekidot!
1. Menhir
Menhir adalah tugu atau batu yang tegak, yang
sengaja di tempatkan di suatu tempat untuk memperingati orang yang sudah
meninggal. Batu tegak ini berupa media penghormatan dan sekaligus lambang bagi
orang-orang yang sudah meninggal tersebut.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan
cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di
Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith
(batu besar) dikarenakan ukurannya. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini
digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana
penyembahan arwah nenek moyang.
2. Punden berundak
Punden berundak merupakan bangunan yang di susun
secara bertingkat-tingkat yang di maksudkan untuk melakukan pemujaan terhadap
roh nenek moyang, bangunan ini kemudian menjadi konsep dasar bangunan candi
pada masa hindu-buddha.
Struktur dasar punden berundak ditemukan pada
situs-situs purbakala dari periode kebudayaan Megalit-Neolitikum
pra-Hindu-Buddha masyarakat Austronesia, meskipun ternyata juga dipakai pada
bangunan-bangunan dari periode selanjutnya, bahkan sampai periode Islam masuk
di Nusantara. Namun, masuknya agama-agama dari luar sempat melunturkan praktik
pembuatan punden berundak pada beberapa tempat di Nusantara, tetapi terdapat
petunjuk adanya adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan dari periode
sejarah berikutnya, seperti terlihat pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan
Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri.
3. Kubur batu
Bentuknya mirip seperti bangunan kuburan seperti
yang dapat kita lihat saat ini, umumnya tersusun dari batu yang terdiri dari
dua sisi panjang dan dua sisi lebar. Sebagian besar kubur batu yang di temukan
terletak membujur dari arah timur ke barat.
Pada masa prasejarah ketika kebudayaan Megalitikum
berkembang bahwa kubur batu merupakan salah satu dari jenis peninggalan
batu-batu besar (megalit). Sedangkan sesuai dengan namanya fungsi dari kubur
batu sendiri sebagai tempat penguburan (stonecists) bagi orang-orang yang
dihormati di lingkungan masyarakat yang hidup pada masa megalit.
4. Sarkofagus
Sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup di
atasnya, biasanya antara wadah dan tutup berukuran sama. Pada dinding muka
sarkofagus biasanya diberi ukiran manusia atau binatang yang dianggap memiliki
kekuatan magis. Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu
sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti.
5. Dolmen
Dolmen merupakan bangunan megalithik yang memiliki
banyak bentuk dan fungsi, sebagai pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat
upacara. Dolmen biasanya di letakan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
atau di tempat pelaksanaan upacara yang ada hubungannya dengan pemujaan kepada
roh leluhur.
Dolmen adalah sebuah meja yang terbuat dari batu
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya
di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat
dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup
rapat oleh batu. Hal ini menunjukan kalau masyarakat pada masa itu meyakini
akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih
hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan yang baik akan
menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.
6. Arca batu
Arca batu banyak di temukan di beberapa tempat di
wilayah indonesia, diantaranya pasemah, Sumatra Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Bentuknya dapat menyerupai binatang atau manusia dengan ciri Negrito. Di
Pasemah ditemukan arca yang dinamakan Batu Gajah, yaitu sebongkah batu besar
berbentuk bulat diatasnya terdapat pahatan wajah manusia yang mungkin merupakan
perwujudan dari nenek moyang yang menjadi objek pemujaan.
7. Waruga
Waruga adalah kubur batu yang tidak memiliki
tutup, waruga banyak ditemukan di situs Gilimanuk, Bali. Waruga terdiri atas dua bagian. Bagian
atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak
yang bagian tengahnya ada ruang.
Oiya, selain peninggalan sejarah tersebut, pada
zaman Megalitikum ada pula kebiasaan-kebiasaan berikut :
1) Pemujaan matahari
Di Indonesia, matahari dipuja sebagai matahari,
bukan sebagai dewa matahari seperti di Jepang.
2) Pemujaan dewi kesuburan
Dapat kita lihat di candi Sukuh dan candi Ceto
sebagai lambang kesuburan. Di Jawa, pada umumnya Dewi Sri dipuja sebagai dewi
kesuburan dan pelindung padi.
3) Adanya keyakinan alat penolak bala (tumbal)
Biasanya dengan menanam kepala kerbau di tengah
bangunan atau tempat tertentu, maka akan terlindungi dan terbebas dari
marabahaya.
4) Adanya upacara ruwatan
Upacara ruwatan adalah upacara untuk mengembalikan
orang atau masyarakat kepada kedudukan yang suci seperti semula, misalnya, anak
tunggal, anak kembar, pandawa lima, dan bersih desa.
Yaaap kayanya cukup segitu aja ya pembahasan tentang Megalitikumnya! Semogaaaaa bisa bermanfaat buat kita semua. Mohon maaf buat segala kekurangannya. Insya Allah di next post kita akan masuk ke zaman logam! Whoohooooo. Oke, goodbye!
References :
http://sridianti.com
http://id.wikipedia.org
References :
http://sridianti.com
http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar