Haloo! Melanjutkan pembahasan kita mengenai Zaman Batu, kali ini gilliran kita mengupas tentang Zaman Neolitikum. Cekidot!!
Zaman Neolitikum, biasa juga dikenal dengan
sebutan Zaman Batu Muda, diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Di
Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Perkembangan kebudayaan
pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, terjadi suatu revolusi
besar, dimana peradaban penghidupan yang semula food gathering berubah menjadi
food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Alat-alat
yang dihasilkan pun sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada
semua bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh
Indonesia. Manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu.
Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan Suku Dayak.
Pada zaman ini manusia mulai meninggalkan
kebudayaan nomaden. Orang-orang Indonesia zaman Neolithikum membentuk
masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku
dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif
yang indah-indah. Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi
alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah
mukanya.
Pada zaman ini, kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan
kehidupannya mulai berkembang. Nah, hal ini mengakibatkan munculnya
kelompok-kelompok manusia dalam jumlah yang lebih banyak serta menentap di
suatu tempat dan tinggal bersama dalam kampung. Dalam kehidupan menetap manusia mulai hidup dari hasil
bercocok tanam dengan menanam jenis-jenis tanaman yang semula tumbuh liar untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu, mereka mulai menjinakkan
hewan-hewan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kuda, anjing,
kerbau, sapi, dan babi. Dari pola kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah
dapat menguasai alam lingkungannya beserta isinya.
Kehidupan
bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam
dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tahan tidak subur mereka
pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Kemudian mereka menggulang pekerjaan
membuka hutan, demikian seterusnya. Namun dalam penetapan dalam waktu yang
cukup lama. Bahkan hal ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi
berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam
pada tanah-tanah persawahan.
Hebatnya lagi, pada zaman ini mulai
dikembangkan teknik mengawetkan makanan agar dapat disimpan lebih lama. Makanan dikeringkan agar bisa dimakan walaupun telah disimpan lebih
lama. Pada zaman ini juga diperkirakan bahwa kayu-kayu sudah dihias dengan cara
diukir.
Di masa ini pula, manusia,
dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing, mengadakan pertukaran barang
dengan barang (sistem barter). Pertukaran barang dengan barang ini menjadi awal
munculnya sistem perdagangan atau sistem perekonomian dalam masyarakat.
Dari
zaman ke zaman, kepercayaan manusia juga terus berkembang. Pada zaman
Neolitikum ini, penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang merupakan
suatu kepercayan yang berkembang diseluruh dunia. Kepercayaan masyarakat
diwujudkan dalam berbagai upacara keagamaan, persembahan kepada dewa, dan
upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke kuburnya.
Nah, sekarang pasti udah penasaran kan sama alat-alat peninggalan zaman Neolitikum? Let's check it out! :
1.
Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2.
Kapak Persegi
Asal-usul
penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama
kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya
yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia
dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim
disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang
ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk
mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
3.
Kapak Lonjong
Sebagian
besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip
menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk
itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. Disini keliatan banget ya perbedaan antara kapak genggam di zaman Paleolitikum yang masih bener-bener kasar, dan kapak lonjong ini yang udah halus permukaannya.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
4.
Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
5.
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah Jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah Jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6.
Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.
7.
Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas
yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk
belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi
yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun
bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi
gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata
berisi tulang belulang manusia.
Oke kawan mungkin segitu aja pembahasan kita mengenai zaman Neolitikum. Sampai jumpa di artikel berikutnya tentang Megalitikum! Yeaaay!
References :
http://historybyrina.blogspot.com
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com
http://cpuik.com
http://buihkata.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar