Berikut ini adalah lanjutan dari postingan saya sebelumnya. Kalo sebelumnya kita udah membahas habis latar belakang dengan segala teori konspirasinya, sekarang kita liat kronologi peristiwa dan dmpaknya yaaa.
KRONOLOGI PERISTIWA
Peristiwa G30S/PKI baru dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi (karena
hal ini juga gerakan ini sering disebut Gestok/Gerakan Satu Oktober), dimana
kelompok pasukan bergerak dari Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju
daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota
dari staf tentara. Tiga dari seluruh korban yang direncanakan, mereka bunuh di
rumah mereka yaitu Ahmad Yani, M.T. Haryono, dan D.I. Panjaitan. Ketiga target
lain yaitu Soeprapto, S. Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup, sementara
target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah
melompati dinding yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq. Meski
begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak
gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh
regu sergap dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika regu
penculik menembak dan membunuh seorang polisi yang menjadi penjaga rumah
tetangga Nasution, Karel Satsuit Tubun. Korban tewas terakhir adalah Albert
Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang rumah jendral
tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya,
dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut.
Ketika matahari mulai terbit, sekitar 2.000 pasukan diturunkan
untuk menduduki tempat yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Merdeka, sebuah
taman yang ada di Monas. Meski begitu, mereka tidak berhasil menundukkan bagian
timur dari area ini, karena pada saat itu merupakan daerah markas KOSTRAD yang
dipimpin oleh Soeharto. Pada jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari
Untung Syamsuri, komandan Cakrabiwa (pasukan pengawal Presiden), bahwa gerakan
30 September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta
dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka berkeras bahwa gerakan ini
didukung oleh Central Intelligence of America (CIA) yang bertujuan untuk
menurunkan Sukarno dari posisinya.
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua
sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor
Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI
menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para
perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap
pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh
Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan
terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari
1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan
sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh
para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim
di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Yang bikin saya bingung setengah mati adalah, kemanakah Soeharto
saat itu? Apakah PKI melewatkan begitu saja seorang PANGKOSTRAD berpangkat
mayor jenderal itu? Tidakkah Soeharto masuk daftar target mereka??
Menurut salah satu sumber yang saya baca, Soeharto diberitahu oleh
tetangganya tentang hilangnya para jendral dan penembakan yang terjadi pada
pukul 5:30 pagi, dan karena itu ia segera bergerak ke markas KOSTRAD dan
berusaha menghubungi anggota angkatan laut dan polisi, namun tidak berhasil
melakukan kontak dengan angkatan udara. Ia kemudian mengambil alih komando
angkatan darat. Kudeta ini juga gagal karena perencanaan yang amat tidak matang
dan menyebabkan para tentara yang ada di Lapangan Merdeka menjadi kehausan
dibawah impresi bahwa mereka melindungi presiden di Istana. Soeharto juga
berhasil membujuk kedua batalion pasukan kudeta untuk menyerah dimulai dari
pasukan Brawijaya yang masuk ke area markas KOSTRAD dan kemudian pasukan Diponegoro
yang kabur kembali ke Halim.
G30S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang
dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua fasilitas
yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Ketika sudah berkumpul bersama
Nasution, pada pukul 9 malam Soeharto mengumumkan bahwa ia sekarang mengambil
alih tentara dan akan berusaha menghancurkan pasukan kontra-revolusioner dan
menyelamatkan Soekarno. Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali ini
ditujukan kepada pasukan yang berada di Halim. Tidak berapa lama, Soekarno
meninggalkan Halim dan tiba di istana presiden lainnya yang berada di Bogor.
Untuk jasad ke-7 orang yang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya sendiri baru
ditemukan pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5
Oktober.
DAMPAK PERISTIWA
Peristiwa G30S/PKI ini membawa banyak dampak bagi kehidupan
social-politik dan ekonomi bangsa Indonesia. namun, pada intinya saat itu
terjadi instabilisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
·
Perekonomian negara terus memburuk, devaluasi (penurunan nilai mata
uang) rupiah, harga barang naik, bahkan inflasi bisa mencapai 600%.
·
Munculnya aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh
berbagai elemen gerakan masyarakat dan mahasiswa. Puncaknya tangal 10 Januari
1966 yang dipelopori oleh KAMI, mengajukan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat), yakni
: bubarkan PKI; pembersihan cabinet Dwikora dari usnur unsur G30S/PKI; turunkan
harga dan perbaikan ekonomi.
·
Reshuffle kabinet Dwikora 21 Februari 1966. Tapi nama-nama menteri
yang dicurigai terbibat dalam gerakan G30S/PKI masih dimasukkan oleh Sukarno.
Akhirnya KAMI Pun dibuarkan pada taggal 25 februar 1966.
·
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dari presiden Sukarno
kepada Suharto.
KESIMPULAN SAYA
Begitu belibetnya persitiwa G30S/PKI Ini, sehingga untuk
mengulas dan menelurkannya menjadi sebuah postingan di blog ini butuh waktu 4
jam pelajaran, hehe… Saya banyak mikir mikir karena takut salah mencerna
informas. Tapi intinya adalah bahwa kita, atau saya belum bisa menarik benang
merah mengenai siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa besar ini. Kisah yang
sangat menarik tertutur dari berbagai macam sumber, sampai bikin saya
enek ketika bacanya kecampur-campur, gak jelas broh. Ada sumber
yang netral dan tidak berpihak pada siapapun, ada sumber yang propemerintah (maksudnya
berkeras bahwa dalang dari peristiwa ini adalah PKI), dan sumber yang kayaknya
kebingungan juga seperti saya (alias gak jelas).
Yang pasti, setiap teori konspirasi yang saya coba paparkan
berdasarkan hasil browsing, baca buku, dan memahami penjelasan guru saya diatas
itu masih banyak diperdebatkan dimana-mana. Versi yang diatas itu adalah versi
saya, seorang awam yang hanya menerima dan menyaring informasi lalu menuliskannya.
Terlepas dari segala keribetan dan ketidakjelasannya, saya bisa mengambil
beberapa kesimpulan dari peristiwa ini.
Pertama, betapa sesungguhnya kekuasaan itu bisa membutakan mata
manusia. Perebutan pengaruh antara PKI dan Angkatan Darat pada akhirnya
menghancurkan mereka berdua. Angkatan Darat menderita karena perselisihan
internalnya, sementara PKI akhirnya dibubarkan.
Yang kedua, bahwa setiap ideologi itu punya kekhasan serta
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Perbedaan ideologi tidaklah mungkin
disatukan. Sekeras apapun upaya Sukarno untuk menggabungkan 3 ideologi
favoritnya—nasionalisme, agama, dan komunisme, nyatanya malah menimbulkan
masalah yang lebih kompleks lagi. Karena itu, biarkanlah setiap perbedaan yang
ada melahirkan keragaman, tidak perlu dipaksakan untuk bersatu. Karena
terkadang, bersatu bukan berarti harus sama.
Yang terakhir, dampak dari peristwa ini terhadap masyarakat
Indonesia saat itu. Kondisi politik yang kacau mebuat perekonomian kita
tersaruk-saruk, kebijakan yang diambil pemerintah pun tidak jelas. Adanya
pengabaian akibat ketidakstabilan kondisi perpolitikan seperit ini seharusnya
tidak boleh terjadi, biar bagaimanapun, bila tidak puas, rakyat bisa dengan
mudah menggulingkan pemerintahan yang berkuasa.
Yang terakhir, kepada guru sejarah saya, pak Erwin, terimakasih
telah “memelekkan” mata saya terhadap peristiwa G30S/PKI yang dulu
namanya Cuma sering saya dengar tanpa tahu itu apa. Mohon maaf atas segala
kesalahan yang saya perbuat dalam tulisan saya, dan mohon diluruskan. Kepada
pembaca postingan ini, saya sarankan Anda untuk rajin-rajin membaca dan mencari
sumber yang lebih pol supaya pemahamannya sempurna.
[akhirnya selesai juga]
Sekian dan terimakasih.
References :
Sejarah Indonesia jilid 3, Erlangga
Sejarah untuk kelas XI Program IPA, Esis
Penjelasan Pak Erwin Supriatna, S. Pd di kelas XI MIPA 1 J
0 komentar:
Posting Komentar