Hi,
friends! Welcome to my blog. Di postingan-postingan sebelumnya, kita kan udah
ngomongin zaman prasejarah. Sekarang, gimana kalau kita mempelajari tentang
masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia? Sebelumnya, kita harus
tahu dulu sekilas tentang agama hindu dan agama Buddha. Okeee let’s cekidot!!
Agama Hindu merupakan agama dominan di Asia Selatan—terutama
di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi
berbagai aliran—di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta—serta suatu pandangan
luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang
berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan.
Agama
Hindu disebut sebagai agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini,
dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya
"darma abadi" atau "jalan abadi” yang melampaui asal mula
manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh
seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran,
kesucian, dan pengendalian diri.
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal
dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik
yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama,
yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam
bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak
benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era
Umum). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah
sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup
mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan
penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan
sunyatam dan mencapai Nirvana.
Setiap
aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya
tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian
mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka
(kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan
Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Indonesia
sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang
merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Awal
abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera)
tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara
Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif
dalam perdagangan tersebut.
Akibat
hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia
dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.
Proses
masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui proses yang panjang, malah belum
dapat diungkap secara pasti. Karena itulah penyebaran agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat/teori berikut :
1.
Teori Waisya
Teori Waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama
dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Karena pelayaran
dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim (setengah tahun berganti
arah), maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim
tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal
menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi.
Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
Menurut para pendukung teori waisya, kaum waisya
yang umumnya merupakan kelompok pedagang inilah yang berperan besar dalam
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara. Mereka yang menjadikan
munculnya budaya Hindu sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat.. Pada
saat itu, para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan
hubungan itu yang membuka peluang terjadinya proses penyebaran agama dan budaya
Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J. Krom.
2.
Teori Ksatria
Teori Ksatria atau disebut juga teori kolonisasi,
menyebutkan bahwa budaya India masuk ke Indonesia dibawa oleh para ksatria
dengan cara penaklukan daerah-daerah tertentu di Nusantara. Teori ini
menekankan bahwa orang-orang Indonesia dikuasai oleh orang-orang India.
Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a.
C.C. Berg
Ia menjelaskan bahwa
golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para
ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan
di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak
membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang
bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang
dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang
dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi
Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah
tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b.
Mookerji
Ia mengatakan bahwa
golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke
Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang
menjadi sebuah kerajaan.
c.
J.L. Moens
Ia menjelaskan bahwa
proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada
kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar
abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri
ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya
mendirikan kerajaan di Indonesia.
3.
Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Jc. Van Leur yang
menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia
dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh
penguasa Indonesia. Pendapatnya ini didasarkan pada pengamatan terhadap
sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia,
friends, terutama pada
prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di
India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan
hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Karena itulah teori ini mempertegas bahwa hanya
kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para
Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama
Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh
golongan Brahmana.
4.
Teori Sudra
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk
ke Indonesia dibawa oleh para kaum sudra, dalam hal ini adalah kaum-kaum
terbawah. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von
Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai
orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke
Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.
5.
Teori Campuran
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana,
ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama
Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.
6.
Teori Arus
Balik/Teori Nasional
Teori nasional mengungkapkan bahwa penduduk
Indonesia banyak yang aktif berdagang ke India, pulangnya membawa agama dan
kebudayaan Hindu. Sebaliknya, orang-orang Indonesia (raja) mengundang para
brahmana dari India untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia.
Jadi, bangsa Indonesia sendiri yang aktif memadukan unsur-unsur kebudayaan
India. Banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu–Buddha ke India dan
setelah memperoleh ilmu, mereka kembali untuk menyebarkan agama di Tanah Air.
Orang-orang Indonesia ikut memegang peranan
penting dalam masuknya agama dan budaya India. Mereka yang memiliki pengetahuan
dari para pendeta India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk
melakukan ziarah dan menambah ilmu mereka.
Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan
yang cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya Hindu-Buddha di
Indonesia dengan memakai bahasa mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka
sebarkan dapat lebih cepat diterima oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya
India ke Indonesia menjadi lebih cepat dan mudah.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan Ksatria dan Waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan Ksatria dan Waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut.
Jalur
Budaya Hindu dan Buddha ke Indonesia
Agama
dan budaya Hindu-Buddha masuk di Indonesia melalui dua jalur di bawa oleh
pedagang atau pendeta dari India dan Cina, jalur yang dilalui yaitu jalur darat
dan jalur laut.
1.
Jalur Laut
Mereka
melalui jalur laut mengikuti rombongan kapal-kapal pedagang yang biasa
lalu-lalang dalam kegiatan perdagangan pelayaran dari Asia Selatan ke Asia
Timur. Rute yang ditempuh dapat diketahui yaitu dari India menuju Myanmar,
Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Kamboja, Cina, Vietnam, Korea dan
Jepang. Ketika angin moson barat ada yang berlayar ke Indonesia.
2.
Jalur Darat
Penyebar
Hindu-Buddha melalui jalur darat dengan menumpang kepada para kafilah yang
disebut jalur sutra yaitu dari India ke Tibet melanjutkan ke Utara hingga Cina,
Korea dan Jepang. Ada yang melakukan perjalanan dari India Utara ke Bangladesh,
Myanmar, Tahiland, Semenanjung Malaya selanjutnya ke Indonesia.
Penelitian
bahan epigrafi dan sastra kuno serta ekskavasi arkeologi masih dapat
mengungkapkan keterangan lebih banyak lagi mengenai corak budaya Indonesia kuna
yang mendapat pengaruh budaya India. Tetapi proses masuknya pengaruh budaya
India agaknya telah jelas. Dimungkinkan
proses tersebut karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India.
Tetapi proses yang menyebabkan suburnya budaya Indonesia terjadi karena
inisiatif bangsa Indonesia yang cukup selektif untuk menerima dan memadukan
dengan budaya lokal. Dengan demikian ternyata unsur-unsur budaya India tidak
pernah menjadi unsur dominan dalam kerangka budaya Indonesia secara utuh.
Oke, sekian artikel
mengenai teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori ini tentu merupakan
hasil analisis dari berbagai sumber sehingga wajarlah bila ada perbedaan
pendapat diantara para ahli.
Semoga bermanfaat!
Goodbye, and wait for the next post!
References :
Farid, Samsul. Sejarah Indonesia untuk SMA Kelas X. 2013.
Bandung : Yrama Widya.
4 komentar:
artiikelnya bermanfaat kak, ini sya jga punya artikel tentang Pengaruh Perkembangan Hindu-Buddha pada Masyarakat Indonesia, smoga bisa saling melengkapi
Pengaruh Perkembangan Hindu-Buddha pada Masyarakat Indonesia
mksh ya,,
makasih kak Intan, artikelnya oke
sama sama ya, mohon kritik saran dari semuanya :)
Posting Komentar