Kisah Nabi | Udah, baca aja
Sabtu, 24 Desember 2011

Kisah Nabi

Nabi Khidir AS
Al-Khidr (Arab: الخضر, Khadr, Khaḍer, al-Khaḍir) adalah seorang nabi yang dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa, asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.
 Etimologi 
Al-Khidir secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau' melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan " berlarut langsung dari sumber kehidupan. "Dalam Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Khidir telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal yaitu Balyā bin ​​Malkān.
 Teguran Allah kepada Musa
 Kisah Musa dan Khidir direkam oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65 - 82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahwa ia mendengar Nabi Muhammad bersabda: "Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di depan Bani Israil lalu beliau ditanya," Siapakah orang yang paling berilmu? "Jawab Musa," Aku "Lalu Allah menegur Musa dengan firman-Nya, "Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu dari kamu." Lantas Musa pun bertanya, "Ya Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?" Allah pun berfirman, "Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan jika ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu." Sesungguhnya teguran Allah itu memicu keinginan yang kuat dalam diri Musa untuk menemui hamba yang saleh itu. Selain itu, Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.Musa kemudian menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun. Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh.Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuat aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya `tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan kembali ikan yang telah mati itu. Setelah menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya 'tertidur dan ketika terjaga, ia lupa untuk menceritakannya kepada Musa. Mereka kemudian melanjutkan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya, Musa berkata kepada Yusya `" Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. "(Al-Kahfi: 62) Ibn `Abbas berkata, "Musa sebenarnya tidak lelah sehingga beliau melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah agar menemukan hamba-Nya yang lebih berilmu itu." Yusya 'berkata kepada Musa, "Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa ( menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh. "(Al-Kahfi: 63) Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemui tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya itu.Kini, kedua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua lautan. Musa berkata, "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.(Surah Al-Kahfi: 64) Ada banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Persia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.
 Persyaratan belajar 
Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Musa pun mengucapkan salam kepadanya.Khidir menjawab salamnya dan bertanya, "Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak memiliki kesejahteraan? Siapakah kamu "Jawab Musa," Aku adalah Musa. "Khidir bertanya lagi," Musa dari Bani Isra'il? "Musa menjawab," Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan. " Khidir menegaskan, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku." (Al-Kahfi: 67) "Hai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini adalah sebagian dari ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa.Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya. " Musa berkata, "Insya Allah tuan akan menemukan diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan melawan tuan dalam suatu urusan pun." (Al-Kahfi: 69) Dia (Khidir ) selanjutnya mengingatkan, "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu." (Al-Kahfi: 70) Perjalanan Khidir dan Musa Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa beliau tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir AS itu dianggap aneh dan membuat Musa terperanjat. Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama.Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Musa meminta maaf karena kelancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir.Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan teman-temannya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir. Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan.Mereka kelelahan dan ingin meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Musa bahwa ia tidak dapat menerima Musa untuk menjadi muridnya dan Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalanannya bersama dengan Nabi Khidir. Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Musa bertanya.Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu milik seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya. Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur.Kematian anak ini digantikan dengan anak yang saleh dan lebih mengasihi kedua orang tuanya sampai ke anak cucunya. Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang saudara yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua saudara ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang saleh. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua saudara tersebut masih cukup kecil untuk mengelola peninggalan harta ayahnya. Terpercaya tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki. Akhirnya Musa. sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang saleh yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ilmu ladunni. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira. Saat mereka didalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, "Ilmuku dan ilmumu tidak dibandingkan dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung ini." Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: " Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula saat kamu melakukan kekhilafan, putus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu. Menangislah karena kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran."
 Hikmah kisah Khidir
 Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil iktibar penting.Diantaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengaku bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lain. Hal ini karena ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang dikhususkan untuk hamba-hamba Allah yang saleh dan terpilih) Hikmah yang kedua adalah kita harus bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami.Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan posisi yang sangat istimewa kepada guru. 


sumber : http://alfateh90.blogspot.com

3 komentar:

conan younk mengatakan...

templetenya bgus bangeeeettttt......
dpet dri mana????

conan younk mengatakan...

templetenya baguss.....
dapet dari mana???

a dream runner mengatakan...

dri btemplates.com, banyak kok.. cari aja.. formatnya .zip, trs di extract jdi .xml

Posting Komentar

 
;