PERISTIWA G30S/PKI, #2 KRONOLOGI DAN DAMPAK | Udah, baca aja
Kamis, 24 September 2015

PERISTIWA G30S/PKI, #2 KRONOLOGI DAN DAMPAK

Berikut ini adalah lanjutan dari postingan saya sebelumnya. Kalo sebelumnya kita udah membahas habis latar belakang dengan segala teori konspirasinya, sekarang kita liat kronologi peristiwa dan dmpaknya yaaa.


KRONOLOGI PERISTIWA
Peristiwa G30S/PKI baru dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi (karena hal ini juga gerakan ini sering disebut Gestok/Gerakan Satu Oktober), dimana kelompok pasukan bergerak dari Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota dari staf tentara. Tiga dari seluruh korban yang direncanakan, mereka bunuh di rumah mereka yaitu Ahmad Yani, M.T. Haryono, dan D.I. Panjaitan. Ketiga target lain yaitu Soeprapto, S. Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup, sementara target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq. Meski begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika regu penculik menembak dan membunuh seorang polisi yang menjadi penjaga rumah tetangga Nasution, Karel Satsuit Tubun. Korban tewas terakhir adalah Albert Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang rumah jendral tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya, dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut.
Ketika matahari mulai terbit, sekitar 2.000 pasukan diturunkan untuk menduduki tempat yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Merdeka, sebuah taman yang ada di Monas. Meski begitu, mereka tidak berhasil menundukkan bagian timur dari area ini, karena pada saat itu merupakan daerah markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Soeharto. Pada jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, komandan Cakrabiwa (pasukan pengawal Presiden), bahwa gerakan 30 September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka berkeras bahwa gerakan ini didukung oleh Central Intelligence of America (CIA) yang bertujuan untuk menurunkan Sukarno dari posisinya.
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.

Yang bikin saya bingung setengah mati adalah, kemanakah Soeharto saat itu? Apakah PKI melewatkan begitu saja seorang PANGKOSTRAD berpangkat mayor jenderal itu? Tidakkah Soeharto masuk daftar target mereka??

Menurut salah satu sumber yang saya baca, Soeharto diberitahu oleh tetangganya tentang hilangnya para jendral dan penembakan yang terjadi pada pukul 5:30 pagi, dan karena itu ia segera bergerak ke markas KOSTRAD dan berusaha menghubungi anggota angkatan laut dan polisi, namun tidak berhasil melakukan kontak dengan angkatan udara. Ia kemudian mengambil alih komando angkatan darat. Kudeta ini juga gagal karena perencanaan yang amat tidak matang dan menyebabkan para tentara yang ada di Lapangan Merdeka menjadi kehausan dibawah impresi bahwa mereka melindungi presiden di Istana. Soeharto juga berhasil membujuk kedua batalion pasukan kudeta untuk menyerah dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke area markas KOSTRAD dan kemudian pasukan Diponegoro yang kabur kembali ke Halim.
G30S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Ketika sudah berkumpul bersama Nasution, pada pukul 9 malam Soeharto mengumumkan bahwa ia sekarang mengambil alih tentara dan akan berusaha menghancurkan pasukan kontra-revolusioner dan menyelamatkan Soekarno. Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali ini ditujukan kepada pasukan yang berada di Halim. Tidak berapa lama, Soekarno meninggalkan Halim dan tiba di istana presiden lainnya yang berada di Bogor. Untuk jasad ke-7 orang yang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya sendiri baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5 Oktober.
DAMPAK PERISTIWA
Peristiwa G30S/PKI ini membawa banyak dampak bagi kehidupan social-politik dan ekonomi bangsa Indonesia. namun, pada intinya saat itu terjadi instabilisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
·         Perekonomian negara terus memburuk, devaluasi (penurunan nilai mata uang) rupiah, harga barang naik, bahkan inflasi bisa mencapai 600%.
·         Munculnya aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai elemen gerakan masyarakat dan mahasiswa. Puncaknya tangal 10 Januari 1966 yang dipelopori oleh KAMI, mengajukan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat), yakni : bubarkan PKI; pembersihan cabinet Dwikora dari usnur unsur G30S/PKI; turunkan harga dan perbaikan ekonomi.
·         Reshuffle kabinet Dwikora 21 Februari 1966. Tapi nama-nama menteri yang dicurigai terbibat dalam gerakan G30S/PKI masih dimasukkan oleh Sukarno. Akhirnya KAMI Pun dibuarkan pada taggal 25 februar 1966.
·         Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dari presiden Sukarno kepada Suharto.
KESIMPULAN SAYA
Begitu belibetnya persitiwa G30S/PKI Ini, sehingga untuk mengulas dan menelurkannya menjadi sebuah postingan di blog ini butuh waktu 4 jam pelajaran, hehe… Saya banyak mikir mikir karena takut salah mencerna informas. Tapi intinya adalah bahwa kita, atau saya belum bisa menarik benang merah mengenai siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa besar ini. Kisah yang sangat menarik tertutur dari berbagai macam sumber, sampai bikin saya enek ketika bacanya kecampur-campur, gak jelas broh. Ada sumber yang netral dan tidak berpihak pada siapapun, ada sumber yang propemerintah (maksudnya berkeras bahwa dalang dari peristiwa ini adalah PKI), dan sumber yang kayaknya kebingungan juga seperti saya (alias gak jelas).
Yang pasti, setiap teori konspirasi yang saya coba paparkan berdasarkan hasil browsing, baca buku, dan memahami penjelasan guru saya diatas itu masih banyak diperdebatkan dimana-mana. Versi yang diatas itu adalah versi saya, seorang awam yang hanya menerima dan menyaring informasi lalu menuliskannya. Terlepas dari segala keribetan dan ketidakjelasannya, saya bisa mengambil beberapa kesimpulan dari peristiwa ini.
Pertama, betapa sesungguhnya kekuasaan itu bisa membutakan mata manusia. Perebutan pengaruh antara PKI dan Angkatan Darat pada akhirnya menghancurkan mereka berdua. Angkatan Darat menderita karena perselisihan internalnya, sementara PKI akhirnya dibubarkan.
Yang kedua, bahwa setiap ideologi itu punya kekhasan serta kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Perbedaan ideologi tidaklah mungkin disatukan. Sekeras apapun upaya Sukarno untuk menggabungkan 3 ideologi favoritnya—nasionalisme, agama, dan komunisme, nyatanya malah menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi. Karena itu, biarkanlah setiap perbedaan yang ada melahirkan keragaman, tidak perlu dipaksakan untuk bersatu. Karena terkadang, bersatu bukan berarti harus sama.
Yang terakhir, dampak dari peristwa ini terhadap masyarakat Indonesia saat itu. Kondisi politik yang kacau mebuat perekonomian kita tersaruk-saruk, kebijakan yang diambil pemerintah pun tidak jelas. Adanya pengabaian akibat ketidakstabilan kondisi perpolitikan seperit ini seharusnya tidak boleh terjadi, biar bagaimanapun, bila tidak puas, rakyat bisa dengan mudah menggulingkan pemerintahan yang berkuasa.
Yang terakhir, kepada guru sejarah saya, pak Erwin, terimakasih telah “memelekkan” mata saya terhadap peristiwa G30S/PKI yang dulu namanya Cuma sering saya dengar tanpa tahu itu apa. Mohon maaf atas segala kesalahan yang saya perbuat dalam tulisan saya, dan mohon diluruskan. Kepada pembaca postingan ini, saya sarankan Anda untuk rajin-rajin membaca dan mencari sumber yang lebih pol supaya pemahamannya sempurna.

[akhirnya selesai juga]
Sekian dan terimakasih.

References :
Sejarah Indonesia jilid 3, Erlangga
Sejarah untuk kelas XI Program IPA, Esis

Penjelasan Pak Erwin Supriatna, S. Pd di kelas XI MIPA 1 J

0 komentar:

Posting Komentar

 
;